Kamis, 02 Maret 2023

Pandu Talkshow Tenun Sekomandi Di Bisa Fest Kemenparekraf, Asruddin : Budaya Lokal Tidak Boleh Kalah Dari Budaya K-Pop Impor

MAMUJU - Anggota Komisi X DPR RI Dapil Sulawesi Barat, H. Arwan M. Aras T, S.Kom bersama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, melalui Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), menggelar Bisa Fest, di Hotel Meganita Mamuju, Kamis (2/3/2023).

Kegiatan tersebut mengangkat tema “Pesona Kreasi Tari dan Tenun Sekomandi Mamuju”. Bisa Fest merupakan salah satu wadah bagi para pelaku seni dan budaya untuk berekspresi dan menjadi stimulan untuk menggerakkan kembali sektor pariwisata yang sempat mengalami tekanan selama pandemic Covid-19.
Tenun Sekomandi, dari sisi penamaan terdiri dari kata “seko” dan “mandi”. Seko yang artinya persaudaraan/keluarga dan Mandi yang artinya kuat dan erat. sehingga secara sederhana dapat di defenisikan sebagai persaudaraan yang kuat.

Arwan Aras mengurai makna filosofis yang mendalam, dari tenun sekomandi yang sarat nilai bagi kehidupan sosial bermasyarakat, karena dengan persudaraan yang kuat, apa yang menjadi tujuan kolektif kita bersama dapat kita capai untuk kemajuan daerah kita. secara nasional persaudaraan yang kuat itu kita kenal dalam salah satu sila Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.

Selaku Anggota Komisi X DPR RI, Arwan Aras mengatakan, kegiatan Bisa Fest Kemenparekraf merupakan upaya dan komitmen kita mencegah supaya warisan leluhur berupa karya-karya seni dan hasil kebudayaan tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Sealain itu, kita berharap dukungan dan perhatian lebih Kemenparekraf untuk pembinaan dan pengembangan Tenun Sekomandi Mamuju.

"Sulawesi Barat, khususnya Mamuju, memiliki kakayaan seni dan budaya yang luar bisa. Kalau tidak diintevensi, kita khawatir akan punah," kata Anggota Komisi X DPR RI, Arwan Aras.
Salah satu hasil kebudayaan dari Mamuju adalah Kain Tenun Ikat Sekomandi. Suatu karya yang diwariskan leluhur masyarakat Kalumpang yang bernilai tinggi. Diperkirakan, sejarah kain tersebut sudah berumur sekitar 480 tahun dan menjadi salah satu kain tenun tertua di dunia. Maka, sudah seharusnya dijaga kelestariannya.

"Karena itu, kami bersama Kemenparekraf menginisiasi Bisa Fest, dengan harapan pemerintah daerah juga tergerak melakukan intevensi, mengatasi kendala dan hambatan yang dihadapi penenun," tambah Arwan Aras.

Koordinator Strategis dan Komunikasi Wisata Alam, Budaya dan Buatan, Kemenparekraf RI, Firnandi Ghufron mengatakan, Bisa Fest merupakan salah satu upaya untuk mengidentifikasi kekayaan seni dan budaya di setiap daerah.

“Dari hasil identifikasi ini, kami mendapatkan masukan tentang budaya-budaya yang ada di Mamuju. Ini menjadi modal awal kami untuk menyusun event kedepannya,” kata Firnandi, usai menyampaikan sambutan dalam event tersebut.

Firnandi mengungkapkan, tenun Sekomandi asal Kalumpang Mamuju memiliki peluang yang sangat besar untuk dipasarkan hingga ke mancanegara. Menurutnya, tugas pemerintah daerah, bagaimana membantu pelaku usaha tenun agar bisa menembus internasional departemen store.

“Sekomandi bisa dijual di internasional departemen store, salah satunya Ikea yang ada di Eropa. Tapi ini butuh produksi yang sangat besar,” sebut Firnandi.
Firnandi juga menjelaskan, tiga hal penting untuk mengembangkan produk tenun Sekomandi, yakni inovasi, adaptasi dan kolaborasi. Menurutnya, setiap pelaku usaha harus mampu melakukan inovasi produk untuk meningkatkan pendapatan.
“Salah satu yang perlu difikirkan, bagaimana agar kain tenun sekomandi ini bisa dibuat lebih tipis, agar bisa dikreasikan menjadi sebuah produk, karena kain tenun yang tebal agak sulit untuk dijahit,” papar Firnandi.

Hadir dalam kegiatan narasumber, Redaktur Pelaksana Harian Radar Sulbar, Jasman Rantedoda, mengulas tentang sejarah sekomandi, proses pembuatan dan pendaftaran Indikasi Geografis Sekomandi ke Kementerian Hukum dan Ham Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).
“Kain tenun Ikat Sekomandi dari Kalumpang ini, adalah salah satu kain tenun dengan motif tertua di Asia Tenggara. Hasil-hasil penelitian ilmiah sudah membuktikan itu,” jelas Penulis naskah buku perlindungan indikasi geografis, Kain Tenun Ikat Sekoandi Kalumpang Kabupaten Mamuju, itu.

Terkait Indikasi Geografis Kain Tenun Ikat Sekomandi Kalumpang, Jasman menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa Indikasi Geografis itu penting, antara lain, menjaga kualitas dan keaslian suatu produk, menghindari praktik persaingan curang, dan meningkatkan komoditas produk secara ekonomi.
Lainnya, melindungi nama geografis dari produk, memberikan kepercayaan pada konsumen, termasuk mengangkat reputasi suatu kawasan Indikasi Geografis.

“Disparbud (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, red) Mamuju, sudah memasukkan dokumen pendaftaran Indikasi Geografis Tenun Sekomandi, ke Kemenkum-HAM. Kita berharap, prosesnya bisa cepat rampung,” tandasnya.

Talkshow Bisa Fest di Mamuju ini dipandu oleh Asruddin, yang juga merupakan Ketua DPD KNPI Kabupaten Mamuju. Aruddin dalam pengantar talkshow menguraikan pentingnya kesadaran akan budaya lokal ditanamkan sejak dini kepada setiap generasi muda.

“Pemajuan Kebudayaan akan berhasil jika sejak dini sudah dikenalkan dengan kebudayaan lokal kepada generasi muda. Perlu program terencana untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya lolal kita. Jangan sampai budaya local dibiarkan kalah bersaing dengan budaya K-Pop impor yang sangat massif di berbagai media digital saat ini,” harap Asruddin yang juga akrab disapa Carli, ini.

Usai kegiatan pembukaan berlangsung, Tim Kemenparekraf memberikan Cinderamata kepada Arwan Aras dan Kadis Pariwisata Mamuju. 
Acara dilanjutkan dengan penyerahan bantuan pembinaan dari Arwan Aras kepada kelompok penggiat kesenian yang ada di Mamuju, yaitu penampil Tari Mandi oleh Sanggar Sipatuo Art, Sanggar Tari UKM Sedaya, Kelompok Tenun Ulu Karua, Kelompok Tenun Passodanan, dan Kelompok Tenun Lestari Sekomandi. *Cr

0 comments:

Posting Komentar